Popular Posts
-
Pemulung Dilarang Masuk! Saat berjalan, berkeliling kota misalnya, atau bahkan banyak di sekitar tempat tinggal kita, sering kita...
-
A. Tauhid Tauhid adalah ilmu ketuhanan atau keesaan Allah. Dalam al-Qur’an sendiri sangat banyak ayat yang menjelaskan mengenai Tau...
-
Ilmu Mantiq (Logika) A. Ilmu Mantiq / Logika Ilmu mantik merupakan suatu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang dapat me...
-
Jenis Puisi Menurut Aminudin (1) Puisi epik , yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan y...
-
Pengalaman Seleksi Beasiswa Djarum Plus 2015 – Yogyakarta Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh sobat mulia... Bagaim...
-
1. Pengertian Fiqhul Lugah - Secara Etimologis : Terdiridari dua kata yaitu الفقه dan اللغة yang bila diartikan maka memiliki pe...
-
Assalamualaikum sobat :-) Bagaimana kabar sobat hari ini??? semoga selalu dalam limpahan kasih dan sayang Allah ta'ala..amiiiiin....
-
Salam mulia sobat muslim, semoga sobat sekalian selalu dalam limpahan kasih sayang Sang Agung yah.... Nah sobat muslim, sobat pernah be...
-
Dahulu ada seorang sufi yang melakukan sebuah pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendakwahkan panji kebenaran ...
-
Sejarah Liberalisme dan Wajah Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam A. Sejarah Lahir dan Perkembangan Liberalisme Islam di Indonesia...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
About Me
- Unknown
Followers
Labels
Pages
Like us on Facebook
Sabtu, 22 Februari 2014
Dahulu ada seorang sufi yang melakukan sebuah pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendakwahkan panji kebenaran ini, suatu ketika saat ia berada di sebuah wilayah ia bertemu dengan seorang kaya raya, lalu kaya raya itu memberikan "sangu" yang cukup kepada sufi tersebut guna kebutuhannya untuk beberapa bulan di pengembaraan selanjutnya, sang sufi bertanya pada si kaya raya "dengan kekayaanmu seperti ini, apakah engkau menginginkan harta kekayaan lagi??", "iya tentu saja aku menginginkannya agar aku jauh lebih kaya lagi" jawab si kaya, lalu sang sufi mengembalikan sebongkok uang itu kepada si kaya seraya berkata "jikalau seperti itu aku tak mau menerima sedikit uangpun darimu, seorang yang kaya tak boleh menerima bantuan (harta) dari seorang yang miskin, sejatinya engkau ialah orang miskin".
Ketahuilah sobat mulia, kadar kekayaan bukanlah dihitung dari uang dan harta....
maksud cerita diatas ialah untuk memberi setikit peringatan kepada saya sendiri dan juga anda bahwasanya sekaya apapun anda jika anda masih merasa kurang dan tidak mensyukuri kekayaan itu sejatinya anda ialah orang yang miskin, sebaliknya semiskin apapun anda jika anda merasa cukup dan mensyukuri segala karunia Allah kepada anda dengan keikhlasan dan terus mengabdikan diri untuk beribadah kepadaNya itulah artinya anda ialah orang yang kaya raya...
Mari kita renungkan.... Semoga semakin hari kwalitas keimanan dan ketaqwaan kita semakin bertambah....wallahu a'lam
Label:
Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar