Popular Posts
-
Pemulung Dilarang Masuk! Saat berjalan, berkeliling kota misalnya, atau bahkan banyak di sekitar tempat tinggal kita, sering kita...
-
Ilmu Mantiq (Logika) A. Ilmu Mantiq / Logika Ilmu mantik merupakan suatu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang dapat me...
-
A. Tauhid Tauhid adalah ilmu ketuhanan atau keesaan Allah. Dalam al-Qur’an sendiri sangat banyak ayat yang menjelaskan mengenai Tau...
-
Pengalaman Seleksi Beasiswa Djarum Plus 2015 – Yogyakarta Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh sobat mulia... Bagaim...
-
Jenis Puisi Menurut Aminudin (1) Puisi epik , yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan y...
-
Dahulu ada seorang sufi yang melakukan sebuah pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendakwahkan panji kebenaran ...
-
Belajar dari Sang “Guru Bangsa” *Diskusi singkat dengan Buya Syafii Maarif Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif Sore itu tepatnya di ha...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persoalan pluralisme masih hangat diperbincangkan. Sebenarnya isu...
-
Assalamualaikum sobat :-) Bagaimana kabar sobat hari ini??? semoga selalu dalam limpahan kasih dan sayang Allah ta'ala..amiiiiin....
-
1. Pengertian Fiqhul Lugah - Secara Etimologis : Terdiridari dua kata yaitu الفقه dan اللغة yang bila diartikan maka memiliki pe...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
About Me
- Unknown
Followers
Labels
Pages
Like us on Facebook
Selasa, 24 Maret 2015
BAHASA DAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seperti kita ketahui bahasa dan masyarakat merupakan dua sisi mata
uang yang
tidak
dapat dipisahkan, tidak mungkin ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak mungkin
pula
ada bahasa tanpa masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu dalam suatu bahasa
juga
dapat terjadi pergeseran, hal ini terjadi karena dipengaruhi berbagai hal
diantaranya
perkembangan
ilmu dan teknologi. Seperti kita ketahui pula bahwa fungsi bahasa secara
umum
adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa adalah suatu wahana untuk kita
berinteraksi
dengan orang lain. Dengan demikian setiap anggota masyarakat tentunya
memiliki
dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada bahasa tanpa
masyarakat
dan tidak ada pula masyarakat tanpa bahasa.
Seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bahasa pun
mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan karena bahasa memang
tidak
lepas dari masyarakat. Dua hal ini saling berkaitan, begitu pula dengan bahasa
indonesia
yang diangkat dari bahasa Melayu yang bersifat lingua franca sebagai
bahasa
penghubung
yang tersebar di Nusantara hingga saat dirumuskannya bahasa Indonesia
sebagai
bahasa pemersatu yang menjadi bahasa negara, sejak itupun perkembangan bahasa
Indonesia
terus berkembang, beribu-ribu istilah dan kata-kata baru bermunculan, dari segi
struktur
kita tingkatkan swadayanya sehingga kita dapat rumuskan segala pemikitan yang
tinggi
dan rumit dalam bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
canggih
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang juga berkembang dan
modern.
B.
Rumusan masalah
1.
Bahasa dan tutur
2.
Masyarakat tutur
3.
Bahasa dan tingkatannya
4.
Hubungan bahasa dan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
1. BAHASA
DAN TUTUR
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem
sehingga
membentuk
kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.
Bahasa
memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa adalah sebagai berikut:
1.
Suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2.
Suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke
dalampikiran
orang lain.
3.
Suatu kesatuan sistem makna.
4.
Suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara
bentuk
dan makna.
5.
Suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh:
perkataan,kalimat,
dan lain-lain.)
2.
MASYARAKAT TUTUR
Bahasa dan sosiolinguistik dapat disimpulkan bahwa masyarakat tutur
ialah
sekelompk
orang atau individu yang memiliki kesamaan atau menggunakan sistem
kebahasaan
yang sama berdasarkan norma-norma kebahasaan yang sesuai.
Dalam
masyarakat yang sesungguhnya, anggota-anggotanya memungkinkan
memiliki
ciri fisik yang berupa organ bicara (organ of speech) yang berbeda-beda yang
pada
gilirannya nanti menghasilkan idiolek yang berbeda. Dalam masyarakat itu
anggota-anggotanya dimungkinkan pula memiliki kepribadian yang berbeda yang
nantinya
menimbulkan
wujud dan cara bahasa yang berlainan. Sementara itu, asal kedaerahan
yang
berbeda akan melahirkan bermacam-macam variasi regional yang lazim disebut
dialek.
Dan akhirnya, status sosial ekonomi anggota masyarakat yang berbeda-beda akan
mewujudkan
sosiolek yang berbeda.
Faktor-faktor
sosial dan individual yang lain, seperti umur, jenis kelamin, tingkat
keakraban,
latar belakang keagamaan, dan sebagainya tentu menambah komplek wujud
bahasa
yang terdapat dalam sebuah masyarakat tutur, sehingga tidak mustahil bahwa
dalam
sebuah masyarakat tutur terdapat sejumlah masyarakat tutur lain dalam skope
yang
lebih
kecil.
Ciri
khas bahasa seseorang disebut idiolek, sedangkan kumpulan idiolek dalam sebuah
bahasa disebut dialek. Variasi yang digunakan oleh orang-orang yang berbeda
tingkat
sosialnya termasuk variasi dialek social atau sosiolek.
3.
BAHASA DAN TINGKATANNYA
Pokok pembicaraan sosiolinguistik adalah hubungan antara bahasa
dengan
penggunaanya
di dalam masyarakat yaitu hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu,
yang
disebut variasi bahasa, ragam, atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi
tertentu
di masyarakat.
Adakah
hubungan antara antara bahasa dengan tingkatan social ? tingkatan social di
dalam masyarakat itu bisa dilihat dari dua segi yaitu :
1) Dari segi kebangsawanan
2) Dari segi kedudukan social yang ditandai
dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang dimiliki
Untuk
melihat adanya hubungan antara kebangsawanan dengan bahasa, kita ambil contoh
masyarakat tutur bahasa jawa, mengenai tingkat kebangsawanan ini,
kutjoroningrat ( 1967 : 245 ) membagi masyarakat jawa ada 4 tingkat yaitu :
a) Wong ellik
b) Wong sudagar
c) Priyayi
d) Ndara
Sedangkan
menurut Clifford beerts ( dalam pride dan holmes (ed) 1976 ), membagi
masyarakat jawa menjadi 3 tungkat yaitu :
· Priyayi
· Bukan priyayi tetapi berpendidikan dan
bertempat tinggal dikota
· Petani dan orang-orang kota yang tidak
berpendidikan
Berdasarkan
tingkatan tersebut melahirkan undak usuk yaitu variasi bahasa yang penggunaanya
didasarkan pada tingkat-tingkat social.
4. HUBUNGAN BAHASA DAN MASYARAKAT
Bahasa dan masyarakat, bahasa dan kemasyarakatan, dua hal yang
bertemu di
satu
titik, artinya antara bahasa dan masyarakat tidak akan pernah terpisahkan.
Bahasa
sebagai
sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota masayarakat sebagai
alat
komunikasi, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa begitu melekat
erat,
menyatu
jiwa di setiap penutur di dalam masyarakat. Ia laksana sebuah senjata ampuh
untuk
mempengaruhi keadaan masyarakat dan kemasyarakatan. Fungsi bahasa sebagai
alat
untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran,
gagasan,
konsep atau juga perasaan di dalam masyarakat inilah di namakan fungsi bahasa
secara
tradisional. Maka dapat di katakan hubungan antara bahasa dan penggunanya di
dalam
masyarakat ini merupakan kajian sosiolinguistik.
Berbicara tentang bahasa dan
masyarakat, maka tidak terlepas dari istilah “
masyarakat
bahasa”.
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang memiliki bahasa
bersama
atau merasa termasuk dalam kelompok itu, atau berpegang pada bahasa standar
yang
sama. Masyarakat tutur adalah istilah netral. Ia dapat dipergunakan untuk
menyebut
masyarakat
kecil atau sekelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang relatif
sama
dan mempunyai penilaian yang sama dalam bahasanya. Jadi masyarakat bahasa
atau
masyarakat tutur.
Berbicara
tentang bahasa dan masyarakat tentu tidak terlepas dengan kebudayaan
yang
ada pada suatu masyarakat, maka titik tolaknya adalah hubungan bahasa dengan
kebudayaan
dari masyarakat yang memiliki variasi tingkat- tingkat sosial. Ada yang
menganggap
bahasa itu adalah bagian dari masyarakat, namun ada yang menganggap
bahasa
dan kebudayaan itu dua hal yang berbeda, tetapi hubungan antara keduanya erat,
sehingga
tidak dapat dipisahkan, yang menganggap bahasa banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan,
sehingga apa yang ada dalam kebudayaan akan tercermin dalam bahasa. Di
sisi
lain ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat mempengaruhi kebudayaan dan
cara
berpikir manusia, atau masyarakat penuturnya.
Bagaimanakah
bentuk hubungan antara bahasa dengan masyarakat? Bentuk
hubungan
bahasa dengan masyarakat adalah adanya hubungan antara bentuk-bentuk
bahasa
tertentu, yang disebut variasi ragam atau dialek dengan penggunaannya untuk
fungsi-fungsi
tertentu didalam masyarakat.Sebagai contoh di dalam kegiatan pendidikan
kita
menggunakan ragam baku, untuk kegiatan yang sifatnya santai (non formal) kita
menggunakan
bahasa yang tidak baku, di dalam kegiatan berkarya seni kita
menggunakan
ragam sastra dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan menggunakan
bahasa
yang benar, yaitu penggunaan bahasa pada situasi yang tepat atau sesuai konteks
di
mana kita menggunakan bahasa itu untuk aktivitas komunikasi.
BAB
III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Bahasa
begitu melekat erat, menyatu jiwa di setiap penutur di dalam masyarakat.
Ia laksana
sebuah senjata ampuh untuk mempengaruhi keadaan masyarakat dan
kemasyarakatan.
Fungsi bahasa sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam
arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan di dalam
masyarakat
inilah di namakan fungsi bahasa secara tradisional. Maka dapat di katakan
hubungan antara
bahasa dan penggunanya di dalam masyarakat ini merupakan kajian
sosiolinguistik.
B. SARAN
Setiap
individu harus menutur atau berbicara dengan menggunakan bahasa yang
benar, sopan,
bijaksana dan memiliki etika dalam berbahasa, apalagi saat berada di
kalangan
masyarakat. Dan hendaklah bagi penutur bahasa harus bisa menyesuaikan
bahasanya ketika
berada di suatu tempat, baik di lingkungan formal maupun di
lingkungan non
formal.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul,
Linguistik Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta 2007.
Chaer Abdul,
Agustina leoni, SOSIOLINGUISTIK Perkenalan Awal, Jakarta: PT Rineka Cipta 2004.
Nababan, P.W.J, 1984,
Sosiolinguistik: Suatu Pengantar, Jakarta Gramedia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar