Popular Posts
-
Pemulung Dilarang Masuk! Saat berjalan, berkeliling kota misalnya, atau bahkan banyak di sekitar tempat tinggal kita, sering kita...
-
Ilmu Mantiq (Logika) A. Ilmu Mantiq / Logika Ilmu mantik merupakan suatu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang dapat me...
-
Pengalaman Seleksi Beasiswa Djarum Plus 2015 – Yogyakarta Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh sobat mulia... Bagaim...
-
A. Tauhid Tauhid adalah ilmu ketuhanan atau keesaan Allah. Dalam al-Qur’an sendiri sangat banyak ayat yang menjelaskan mengenai Tau...
-
Jenis Puisi Menurut Aminudin (1) Puisi epik , yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan y...
-
Dahulu ada seorang sufi yang melakukan sebuah pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendakwahkan panji kebenaran ...
-
Belajar dari Sang “Guru Bangsa” *Diskusi singkat dengan Buya Syafii Maarif Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif Sore itu tepatnya di ha...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persoalan pluralisme masih hangat diperbincangkan. Sebenarnya isu...
-
Assalamualaikum sobat :-) Bagaimana kabar sobat hari ini??? semoga selalu dalam limpahan kasih dan sayang Allah ta'ala..amiiiiin....
-
1. Pengertian Fiqhul Lugah - Secara Etimologis : Terdiridari dua kata yaitu الفقه dan اللغة yang bila diartikan maka memiliki pe...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2015
(18)
-
▼
Oktober
(9)
- Refleksi Sumpah Pemuda untuk Kader Muda Muhammadiyah
- Kaum Muda Muslim dan Lembar Baru 1437H
- Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam
- Pemulung Dilarang Masuk!
- Puisi Untuk Jogja
- Jenis Puisi Menurut Aminudin
- Napak Tilas Sejarah Bangsa PK IMM Adab
- Subuhmu Malang
- Barisan Merah Itu, Ku Percayakan Tenaga dan Pikira...
-
▼
Oktober
(9)
About Me
- Unknown
Followers
Labels
Pages
Like us on Facebook
Selasa, 06 Oktober 2015
Jenis Puisi
Menurut Aminudin
(1) Puisi epik, yakni puisi yang di
dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan
dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Pusii epik dibedakan antara folk-epic, yakni
bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan dan literary-epic, yakni
bila nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya. Najid
(2003:14), juga mengartikan bahwa puisi epik adalah puisi yang disampaikan oleh
penyair dalam bentuk cerita.
Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
Karya: W.S. Rendra
Tuhanku,
Wajah-Mu membayang di kota terbakar
Dan firman-Mu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebarkan di bumi subur ini
Tetapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi berbicara
Waktu itu,
Tuhanku,
Perkenankanlah aku membunuh
Perkenankanlah aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan napasku
Adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan
Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah,
Sementara kulihat kedua lengan-Mu yang capai
Mendekap bumi yang mengkhianati-Mu
Tuhanku,
Erat-erat kugenggam senapangku
Perkenankanlah aku membunuh
Perkenankanlah aku menusukkan sangkurku
(2) Puisi naratif, puisi yang di
dalamnya mengandung suatu peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.
Termasuk dalam puisi naratif adalah apa yang disebut dengan balada, yang
dibedakan antara folk ballad, dengan literary
ballad, sebagai suatu ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan
manusia dengan segala macam penghasilannya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan,
kepedihan dan keriangannya.
Asmaradana
Karya:
Goenawan Mohamad
Ia
dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada
kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
menampakkan bimasakti yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang
berkata-kata. Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta
nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tidak semuanya disebutkan.
Lalu
ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput
halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia takkan mencatat yang telah lewat
dan yang akan tiba karena ia takkan berani lagi.
Anjasmara,
adikku, tinggallah, seperti dulu. Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam
waktu. Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku, kulupakan wajahmu.
(3) Puisi
lirik, puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala
endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi
lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia
seperti tampak dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Goenawan
Mohammad, dan lain-lain.
Bayangan kelam
Karya: Radhitya AN
Kaki
ini...semakin terasa berat...
Jalan
ini...semakin terasa tak berujung...
Demi
lepas darimu...dirimu yang menenggelamkanku...
Sesaat
timbul sepercik hati yang membara...
Tapi
keputus asaan siap melanda...
Ku
terus berlari...menghindarimu...
Tuk
mencari cahaya sejati...dalam diriku...
Ku
berusaha lepas dari jeratan selubung gelapmu...
Jalanku
masih panjang... masih banyak harapan yang harus dilakukan...
Masih
banyak mimpi yang harus menjadi nyata...
Keyakinanku
tak akan goyah...
Api
membaraku tak akan redup di tengah jalan...
Akan
kubawa diriku sampai penghujung waktu... dan lepas dari
Bayangan
Kelam...
(4) Puisi
dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan
perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga
mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja
penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat
monolog. Najid (2003:14) menyatakan bahwa puisi dramatik adalah puisi yang
berisi analisis seseorang baik yang bersifat historis, mitos, atau fiktif
ciptaan seorang penyair.
DIPONEGORO
Karya: Chairil Anwar
Di
masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Serbu
Serang
Terjang
(5) Puisi
satirik, puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan
atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun masyrakat. Puisi satirik
merupakan puisi yang bersifat penggembalaan, bersifat memberi petunjuk,
pedoman-pedoman hidup terutama oleh gembala atau pemimpin agama. Contoh dalam
puisi ini adalah “Seombak Jagung di Kamar” miliknya W.S. Rendra.
Aku Bertanya
Karya: W.S. Rendra
Aku
bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur
jidat penyair-penyair salon,
yang
bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di
sampingnya,
dan
delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu
di kaki dewi kesenian.
(6) Puisi
didaktik, puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya
tertampil eksplisit.
Menyesal
Karya: Ali Hasjmi
Pagiku
hilang sudah melayang,
Hari
mudaku sudah pergi
Kini
petang datang membayang
Batang
usiaku sudah tinggi
Aku
lalai di hari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
Miskin
ilmu, miskin harta
Ah,
apa guna kusesalkan
Menyesal
tua tiada berguna
Hanya
menambah luka sukma
Kepada
yang muda kuharapkan
Atur
barisan di hari pagi
Menuju
arah padang bakti.
(7) Puisi romance, puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasih. Puisi ini biasanya selalu bersifat
romantis seperti milik puisi W.S. Rendra yang berjudul “Surat Cinta”.
DESIR
RINDU ILALANG
Oleh Minarni
Tak lagi jatuh mawar itu
Ia mengemasi rantingnya sendiri
Kering namun tak kerontang
Sajakku saja di kelopaknya
Membenahi puing-puing dedaunan yang kisruh menjatuhkan diri
Sudah pergi ...
Sudah hilang bersama semilir senja
Bulir embun meriyak
Menjamah muara di tepian telaga
Ilalang ...
Ilalang merindu sendu
Mengapung dibeningnya serambi hati
Merah
Menyapanya
Desir rindu yang ditunggu
Membiarkan dia tak kembali
Dalam selaksa rindu kumerajuk
Tak mengapa ...
Rindu
Oleh Minarni
Tak lagi jatuh mawar itu
Ia mengemasi rantingnya sendiri
Kering namun tak kerontang
Sajakku saja di kelopaknya
Membenahi puing-puing dedaunan yang kisruh menjatuhkan diri
Sudah pergi ...
Sudah hilang bersama semilir senja
Bulir embun meriyak
Menjamah muara di tepian telaga
Ilalang ...
Ilalang merindu sendu
Mengapung dibeningnya serambi hati
Merah
Menyapanya
Desir rindu yang ditunggu
Membiarkan dia tak kembali
Dalam selaksa rindu kumerajuk
Tak mengapa ...
Rindu
(8) Puisi ode, puisi yang
berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap
kepahlawanan. Puisi ode
merupakan puisi pujian terhadap seseorang atas suatu hal atau suatu keadaan.
Jenis puisi banyak ditemukan zaman dahulu saat pahlawan Indonesia merebut
kemerdekaan. Contoh puisi ini misalnya “Ode” milik Toto Sudarto Bahtiar
.
Generasi Sekarang
Karya: Asmara Hadi
Generasi
Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(9) Puisi
elegi, puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedihs seseorang. Puisi ini
biasanya mengisahkan tentang kematian seseorang. Contohnya ialah “Nyanyi Sunyi
dan Buah Rindu” milik Amir Hamzah.
Senja di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Buat
Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di
antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang
serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus
diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung
muram, desir hari lari berenang
menemu
bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan
kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada
lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir
semenanjung, masih pengap harap
sekali
tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai
keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(10) Himne,
puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap
bangsa ataupun tanah air. Contoh puisi ini adalah “Selain Cahaya Matamu” karya
Saini. K.M.
Doa
Karya: Taufiq Ismail
Tuhan
kami
Telah
nista kami dalam dosa bersama
Bertahun
membangun kultus ini
Dalam
pikiran yang ganda
Dan
menutupi hati nurani
Ampunilah
kami
Ampunilah
Amiin
Tuhan
kami
Telah
terlalu mudah kami
Menggunakan
asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga
Kau rela menerima kembali
Kami
dalam barisanMu
Ampunilah
kami
Ampunilah
Amiin
Label:
Sastra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar