Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

About Me

Followers

Pages

Like us on Facebook

Selasa, 06 Oktober 2015
Jenis Puisi Menurut Aminudin



(1)   Puisi epik, yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Pusii epik dibedakan antara folk-epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan dan literary-epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya. Najid (2003:14), juga mengartikan bahwa puisi epik adalah puisi yang disampaikan oleh penyair dalam bentuk cerita.


Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
Karya: W.S. Rendra
Tuhanku,
Wajah-Mu membayang di kota terbakar
Dan firman-Mu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebarkan di bumi subur ini
Tetapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi berbicara
Waktu itu,
Tuhanku,
Perkenankanlah aku membunuh
Perkenankanlah aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan napasku
Adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan
Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah,
Sementara kulihat kedua lengan-Mu yang capai
Mendekap bumi yang mengkhianati-Mu
Tuhanku,
Erat-erat kugenggam senapangku
Perkenankanlah aku membunuh
Perkenankanlah aku menusukkan sangkurku 

(2)   Puisi naratif, puisi yang di dalamnya mengandung suatu peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam puisi naratif adalah apa yang disebut dengan balada, yang dibedakan antara folk ballad, dengan literary ballad, sebagai suatu ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam penghasilannya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan dan keriangannya. 

Asmaradana
Karya: Goenawan Mohamad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih menampakkan bimasakti yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata. Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta  nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tidak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia takkan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba karena ia takkan berani lagi.
Anjasmara, adikku, tinggallah, seperti dulu. Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu. Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku, kulupakan wajahmu.

(3) Puisi lirik, puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia seperti tampak dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohammad, dan lain-lain. 

Bayangan kelam
Karya: Radhitya AN
Kaki ini...semakin terasa berat...
Jalan ini...semakin terasa tak berujung...
Demi lepas darimu...dirimu yang menenggelamkanku...
Sesaat timbul sepercik hati yang membara...
Tapi keputus asaan siap melanda...
Ku terus berlari...menghindarimu...
Tuk mencari cahaya sejati...dalam diriku...
Ku berusaha lepas dari jeratan selubung gelapmu...
Jalanku masih panjang... masih banyak harapan yang harus dilakukan...
Masih banyak mimpi yang harus menjadi nyata...
Keyakinanku tak akan goyah...
Api membaraku tak akan redup di tengah jalan...
Akan kubawa diriku sampai penghujung waktu... dan lepas dari
Bayangan Kelam...

(4)   Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog. Najid (2003:14) menyatakan bahwa puisi dramatik adalah puisi yang berisi analisis seseorang baik yang bersifat historis, mitos, atau fiktif ciptaan seorang penyair. 

DIPONEGORO
 Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

(5) Puisi satirik, puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun masyrakat. Puisi satirik merupakan puisi yang bersifat penggembalaan, bersifat memberi petunjuk, pedoman-pedoman hidup terutama oleh gembala atau pemimpin agama. Contoh dalam puisi ini adalah “Seombak Jagung di Kamar” miliknya W.S. Rendra. 

Aku Bertanya
Karya: W.S. Rendra
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

(6) Puisi didaktik, puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.

Menyesal
Karya: Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju arah padang bakti.

(7)   Puisi romance, puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasih. Puisi ini biasanya selalu bersifat romantis seperti milik puisi W.S. Rendra yang berjudul “Surat Cinta”. 

DESIR RINDU ILALANG
Oleh Minarni

Tak lagi jatuh mawar itu
Ia mengemasi rantingnya sendiri
Kering namun tak kerontang

Sajakku saja di kelopaknya
Membenahi puing-puing dedaunan yang kisruh menjatuhkan diri
Sudah pergi ...
Sudah hilang bersama semilir senja

Bulir embun meriyak
Menjamah muara di tepian telaga

Ilalang ...
Ilalang merindu sendu
Mengapung dibeningnya serambi hati
Merah
Menyapanya
Desir rindu yang ditunggu
Membiarkan dia tak kembali
Dalam selaksa rindu kumerajuk
Tak mengapa ...
Rindu

(8)   Puisi ode, puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan. Puisi ode merupakan puisi pujian terhadap seseorang atas suatu hal atau suatu keadaan. Jenis puisi banyak ditemukan zaman dahulu saat pahlawan Indonesia merebut kemerdekaan. Contoh puisi ini misalnya “Ode” milik Toto Sudarto Bahtiar
Generasi Sekarang
Karya: Asmara Hadi

Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia


(9) Puisi elegi, puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedihs seseorang. Puisi ini biasanya mengisahkan tentang kematian seseorang. Contohnya ialah “Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu” milik Amir Hamzah. 

Senja di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

(10) Himne, puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air. Contoh puisi ini adalah “Selain Cahaya Matamu” karya Saini. K.M.

Doa
Karya: Taufiq Ismail
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami

Ampunilah Amiin

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Flickr Images