Belajar tak kunjung pandai

Pemulung Dilarang Masuk!

    Saat berjalan, berkeliling kota misalnya, atau bahkan banyak di sekitar tempat tinggal kita, sering kita temui papan dengan tulisan "Pemulung Dilarang Masuk!" terpampang di pagar rumah besar, atau di gerbang masuk sebuah komplek perumahan.

    Dengan seringnya saya secara pribadi melihat dan membaca tulisan seperti itu, membuat saya berpikir, sebenarnya ini juga merupakan salah satu dari permasalahan sosial di sekitar kita, permasalahan yang ada dalam tubuh bangsa ini. Seperti inikah kemanusiaan yang beradab itu?

    Seorang pemulung, yang notabene adalah anggota tubuh bangsa ini, sebegitu hinanyakah sebagian orang, sebagian masyarakat memandangnya?

    Lantas apa sebenarnya salah si pemulung itu? Siapa yang salah jika seorang yang tidak memiliki kemampuan dari segi ekonomi yang baik, lalu karena itu ia tidak dapat mengenyam bangku pendidikan yang membuatnya pandai, hingga ia menjadi tak pandai. Lalu dengan segala ketidakmampuan dan ketidakpandaiannya itu, seseorang itu, ia memilih jalan demi mengais rejeki, demi sekedar mengisi perutnya karena memang betapa sakitnya perut yang tak terisi makanan, ia memilih jalan sebagai pemulung?

    Celakalah kita, betapa kejamnya kita yang tak memiliki kepedulian atas itu. Sampai-sampai seolah-olah kita berteriak pada mereka, "Jangan masuk di komplek rumahku!".

    Seandainyapun ketika tidak ada larangan seperti itu, lalu seorang pemulung misalnya masuk ke dalam komplek perumahan kita, apakah ia akan membuat sebuah kerusakan? Apakah ia akan merugikan salah satu dari kita? Ia hanya akan masuk lalu satu-persatu secara bergantian mengorek setiap tempat sampah yang ada di depan rumah kita berharap ada sesuatu yang berharga bagi mereka, tak berharga bagi kita, untuk ia kumpulkan dan menjualnya ke pengepul barang rosok dengan harga yang sangat tidak seimbang dengan kerja kerasnya berjalan di atas aspal yang panas, di bawah terik matahari, dengan perut yang kosong pula.

Pemulung Dilarang Masuk!