Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

About Me

Followers

Pages

Like us on Facebook

Selasa, 06 Oktober 2015
Malang, Senin 6 Juli 2015.
Subuhmu Malang



Subuh yang sangat sejuk, sangat berbeda dari subuh biasanya di Jogja. Tepat hari itu jatuh pada hari ke-18 Ramadhan 1436H. Kebetulan saat itu saya tengah silaturrahmi mengunjungi kawan lama yang kini sedang berproses di Malang. Tentu saja saya menginap di kontrakan beliau yang memang masih terdapat satu kamar kosong untuk saya memperistirahatkan tubuh. Setelah sahur bersama kawan-kawan Malang, lalu imsak dan adzan subuhpun dikumandangkan. Merdu sekali, entah siapa mu’adzin yang saya perkirakan masih berusia lebih muda dari saya itu. Segera saya mengambil air wudhu lalu mempersiapkan diri menujju panggilan suci itu. Kebetulan saat itu juga saya membawa jas merah kebanggaan saya, bukan berrarti tanda kefanatisan atau apapun, namun memang saya sangat bangga mengenakan jas merah, jas IMM ini.


Setelah cukup rapi sayapun bergegas melangkahkan kaki ke Masjid yang kebetulan tepat di barat kontrakan kawan saya yang hanya berjarah satu rumah dan jalan kecil saja. Cukup dingin memang, namun segar sungguh segar pagi yang diciptakan Allah ini. Satu hal yang saya pikir adalah hal yang tidak biasa ialah terdapat dua masjid yang hanya berjarak kurang-lebih 30 meter saja dalam satu RT ini. Satu masjid wakaf NU dan satu lagi masjid wakaf Muhammadiyah. Lebih di luar biasanya lagi ketika saya melihat beberapa orang berjalan dari arah yang sama, arah yang sama, namun beberapa orang berhenti di masjid Muhammadiyah, dan beberapa orang lainnya tetap berjalan dan saya perhatikan menuju ke masjid NU. Sunggu satu fenomena baru yang saya lihat saat itu. Sayapun memutuskan untuk menuju ke masjid Muhammadiyah. Bukan karena saya fanatik atau apa, namun memang itu yang lebih dekat yang hanya selang satu rumah dan satu jalan kecil dari kontrakan kawan saya.

Dengan khidmad dan khusyuk saya bersama jama’ah yang lain yang saat itu di imami oleh seorang pemuda yang saya perkirakan berusia kurang dari 20 tahun melaksanakan ritual wajib tersebut. Sang imam muda itu dengan merdunya membacakan surah ar-Rahman setalah selesai membacakan al-Fatihah. Sungguh indah dan merdu bacaannya menambah kekhusyukan kami. Usai shalat selang beberapa saat majulah seorang pemuda lagi yang juga saya perkirakan berusia kurang dari 20 tahun ke atas mimbar. Dengan baju koko putih yang rapi ditambah peci bundar pemuda itu memulai kultum subuh itu. Topik yang diangkat olehnya ialah hikmah bersabar yang merupakan salah satu sikap meneladani baginda Rasulullah SAW. “Sabar itu bagaikan kepada pada tubuh kita, jika kepala itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh kita. Jika sabar itu tidak ada dalam kehidupan kita, maka rusaklah kehidupan kita” salah satu hikmah yang saya dapat saat itu.

Sungguh banyak hikmah dan pelajaran yang saya dapatkan saat itu. Pertama kerukunan antar warga NU dan Muhammadiyah di kampung ini, yang memang seharusnya seluruh ummat Islam menerapkannya agar tidak ada perpecahan di muka bumi ini apalagi sesama kaum muslimin yang sejatinya ialah bersaudara. Namun yang saya sayangkan ialah, mengapa ada perbedaan seperti ini? Yang sampai urusan masjidpun harus memilih dan berbeda? Atau mengapa tidak membangun satu masjid saja yang besar yang di masjid itulah semua kaum muslimin dari golongan apapun berkumpul dan beribadah di masjid itu?

Pelajaran dan hikmah kedua yang saya petik langsung pagi itu ialah sistem pengkaderan yang sangat bagus yang di terapkan oleh pihak takmir dan sesepuh di masjid Muammadiyah tersebut. Yang saat itu kebertulan dari muadzin, imam, hingga pengkultum ialah dari golongan pemuda. Seperti itulah seharusnya para sesepuh, ustadz, kyai, ataupun ulama’ khususnya di negeri ini, mengadakan sistem pengkaderan yang baik demi kepentingan dakwah Islamiyah. Bukan hanya mengkader dakwator yang berasal dari pesantren saja, namun juga semua pemuda di luar pesantren. Saya yakin Islam di negeri ini akan kuat jika sistem pengkaderan ini dibangun dengan baik.


Sebenarnya masih cukup banyak pelajaran dan hikmah yang saya petik pagi itu, namun dua hal di ataslah yang saya kira merupakan hal pokok yang perlu saya tulis dan sampaikan disini. Yang pertama masalah kefanatisan dan perbedaan di tengah umat Islam negeri ini, mengapa harus terjadi? Lalu kemudian yang kedua ialah contoh sistem pengkaderan generasi ummat yang sangat baik dan perlu dicontoh dan dibangun oleh ummat Islam negeri ini. Wallahu a’lam

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Flickr Images