Popular Posts
-
Pemulung Dilarang Masuk! Saat berjalan, berkeliling kota misalnya, atau bahkan banyak di sekitar tempat tinggal kita, sering kita...
-
Ilmu Mantiq (Logika) A. Ilmu Mantiq / Logika Ilmu mantik merupakan suatu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang dapat me...
-
Pengalaman Seleksi Beasiswa Djarum Plus 2015 – Yogyakarta Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh sobat mulia... Bagaim...
-
A. Tauhid Tauhid adalah ilmu ketuhanan atau keesaan Allah. Dalam al-Qur’an sendiri sangat banyak ayat yang menjelaskan mengenai Tau...
-
Jenis Puisi Menurut Aminudin (1) Puisi epik , yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan y...
-
Dahulu ada seorang sufi yang melakukan sebuah pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendakwahkan panji kebenaran ...
-
Belajar dari Sang “Guru Bangsa” *Diskusi singkat dengan Buya Syafii Maarif Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif Sore itu tepatnya di ha...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persoalan pluralisme masih hangat diperbincangkan. Sebenarnya isu...
-
Assalamualaikum sobat :-) Bagaimana kabar sobat hari ini??? semoga selalu dalam limpahan kasih dan sayang Allah ta'ala..amiiiiin....
-
1. Pengertian Fiqhul Lugah - Secara Etimologis : Terdiridari dua kata yaitu الفقه dan اللغة yang bila diartikan maka memiliki pe...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2015
(18)
-
▼
Oktober
(9)
- Refleksi Sumpah Pemuda untuk Kader Muda Muhammadiyah
- Kaum Muda Muslim dan Lembar Baru 1437H
- Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam
- Pemulung Dilarang Masuk!
- Puisi Untuk Jogja
- Jenis Puisi Menurut Aminudin
- Napak Tilas Sejarah Bangsa PK IMM Adab
- Subuhmu Malang
- Barisan Merah Itu, Ku Percayakan Tenaga dan Pikira...
-
▼
Oktober
(9)
About Me
- Unknown
Followers
Labels
Pages
Like us on Facebook
Minggu, 11 Oktober 2015
![]() |
Sebuah resensi dari buku Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam |
Fenomena virus
liberalisme di Indonesia kini semakin menggejala, bahkan menjangkiti kalangan
intelektual. Melalui sendi-sendi kehidupan Muslim virus ini menyebar sangat
cepat. Ia terus berusaha menghancurkan dan memecah belah pertahanan iman kaum
Muslim. Dengan kalimat-kalimat dan gagasan-gagasan yang indah dan terkesan
mempesona, padahal dangkal, mereka mendekonstruksi dasar-dasar Islam. Dengan
begitu umat Islam terpedaya, terpukau, terpesona, sehingga digiring ke arah
sinkritisme agama, sadar ataupun tidak sadar. Sumber-sumber dari al-Qur’an yang
merupakan wahyu Allah yang sudah pakem dan ajeg, berusaha mereka pretel dan
otak-atik.
Kalimat-kalimat
itulah sebagai pengantar untuk mengantar para
pembaca sebelum memasuki bab-bab berikutnya yang lebih mendalam. Tak bisa
dipungkiri memang, virus-virus seperti ini memang tumbuh subur dan menjangkit
pemikiran umat Islam, bukan hanya di Indonesia saja, bahkan di negara-negara
Arab dan Islam, apalagi di negara-negara lahirnya para orientalis, Eropa dan
Barat. Yang perlu diperhatikan, bahkan virus ini berkembang dan tumbuh subur
melalui tempat yang menjadi pusat pembelajaran Islam. Baik itu di pesantren
ataupun juga di Perguruan Tinggi berbasis Islam, Perguruan Tinggi Agama Islam
seperti halnya UIN Sunan Kalijaga.
Ironis memang,
lembaga yang seharusnya menyebar luaskan ilmu-ilmu Islam malah merusak Islam
itu sendiri, dari dalam tubuhnya sendiri. Beberapa contoh aktual penyebaran
virus ini misalnya gerakan LGBT terkhusus homoseksual di sebuah Perguruan
Tinggi Islam di Jawa Tengah atau juga kampanye lesbianisme oleh seorang doktor
di bidang keislaman.
Pada bab
berikutnya penulis mengajak para pembaca untuk mencermati seberapa jauh
pemikiran-pemikiran liberal telah merasuki benak kaum Muslimin, khususnya
kalangan yang terlibat aktif dalam aktivitas kegiatan keislaman. Melalui
penelitiannya, Dr. Adian Husaini sebagai penulis buku ini menyebutkan bahwa
memang banyak sekali aktivis yang secara sadar maupun tidak sadar telah
terinfiltrasi paham-paham liberal, khususnya paham humanisme sekuler dan
relativisme kebenaran.
Selanjutnya mari kita cermati kalimat berikut, “Perguruan Tinggi
Islam didirikan dengan niat mulia: mencetak cendekiawan muslim yang saleh dan
berilmu”. Kalimat sederhana ini adalah sedikit gambaran tentang tujuan
didirikannya Perguruan Tinggi Islam oleh para Ulama’, tokoh, dan pejuang Islam.
Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu, infiltrasi-infiltrasi dari pihak
yang kurang dan tidak suka terhadap Islam, telah mengubah sedikit demi sedikit
wajah Perguruan Tinggi Islam, khususnya di Indonesia. Berbagai virus yang
merusak keilmuan Islam, seperti hermeunitika, pluralisme agama, perenialisme,
liberalisme, dsb. sedikit demi sedikit telah sukses menyebar, baik di kalangan
pengajar ataupun pelajar.
Pesan inilah kurang lebih yang ingin disanpaikan oleh penulisnya,
Dr. Adian Husaini melalui bukunya ini. Dengan data yang lengkap disebutkan dan
bahasa serta tulisan yang mengalir dan mudah dipahami, pembaca diajak untuk
kembali mengulang dan mengenali sejarah, bagaimana awal mula
infiltrasi-infiltrasi visrus liberalisme ini bisa sampai pada tahap merubah
wajah Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Bahkan kita ketahui bersama bahwa
virus-virus semacam ini tumbuh dengan sangat subur di tengah-tengah kita, di
Perguruan Tinggi Islam.
Kemudian masuk pada bab-bab pembahasan dimulai dari sejarah
berdirinya Institul Agama Islam Negeri, sejarah penyebaran virus liberalisme di
Institut Agama Islam Negeri, bentuk dan wajah liberalisme di Perguruan Tinggi
Islam – Institut Agama Islam Negeri yang kini banyak telah berubah menjadi UIN,
hingga pada bab-bab terakhis mengulas secara mendalam bagimana langkah-langkah
menjinakkan virus liberalisme ini. Yang lebih menarik dari buku ini adalah
banyak disebutkan dalil-dalil baik bersumber dari al-qur’an maupun al-Hadits
dalam pembahasan-pembahannya. Sehingga melalui dalil-dalil itulah pembaca dapat
lebih kritis menanggapi isu-isu terkait isu liberalisme ini.
Pada bab pertama, pembaca akan disajikan biografi dan kehidupan
singkat seorang tokoh pahlawan nasional dari Sumatera Barat. Orang lebih
mengenal dan tahu tokoh ini sebagai tokoh dakwah dan politik, padahal ia juga
berkecimpung secara aktif di dunia pendidikan terkhusus pendidikan Islam di
Indonesia. Tokoh ini ialah Dr. Mohammad Natsir, yang kiprahnya di dunia
pendidikan sebenarnya sangatlah besar, namun sedikit orang yang mengetahuinya.
Haus ilmu dan prinsip, itulah gambaran besar bagaimana sosok Mommad
Natsir. Setelah dijabarkan secara cukup komprehensif mengenai biografi singkat,
jenjang-jenjang pendidikan, pergerakan-pergerakan yang diikuti maupun
digagasnya, pembaca juga disajikan bagaimana pemikiran dan kiprahnya, terkhusus
di dunia pendidikan Islam. Mohammad Natsir bukan hanya handal dalam hal
perpolitikan saja, namun di dunia pendidikan ia adalah seorang pejuang yang
layak disejajarkan dengan Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara, dan sebagainya.
Selain amat concern dengan nasib pendidikan rakyat jelata, di masa
perjuangannya sebagai Perdana Menteri, ia bersama Menteri Agama saat itu, Wahid
Hasyim telah membuat sebuah keputusan untuk mewajibkan pelajaran agama di
sekolah-sekolah umum. Kita tahu bahwa sampai hari ini pun keputusan dan
kebijakan itu masih diterapkan di dunia pendidikan Indonesia. Beberapa
kiprahnya yang lain di dunia pendidikan adalah konsep pendidikan integral dan
juga pendidikan Islam.
Kembali lagi pada topik utama, virus liberalisme di Perguruan Agama
Islam. Perguruan Tinggi Islam seperti IAIN didirikan dengan tujuan mencetak
kader cendekiawan Islam dan Ulama’ yang mampu melanjutkan amanah risalah
perjuangan baginda Rasul Muhammad SAW. Berdirinya IAIN adalah buah perjuangan
umat Islam, yang antara lain juga merupakan peran tokoh seperti Mohammad
Natsir. Namun dengan perkembangannya, kini telah tumbuh subur virus liberalisme
di IAIN.
Pada tahun 1960, Presiden RI saat itu mengeluarkan sebuah Perpres
mengenai pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Setelah berdiri dan berkembang pesat di
Indonesia, diadakan rapat rektor IAIN se-Indonesia pada Agustus 1973 di
Bandung, Departemen Agama RI memutuskan melului rapat itu bahwa buku Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya ( IDBA) karya Prof. Dr. Harun Nasution
direkomendasikan sebagai buku pegangan untuk mata kuliah Pengantar Agama Islam,
mata kuliah komponen Institut yang wajib diambil oleh seluruh mahasiswa IAIN,
semua jurusan dan fakultas.
Harun nasution sendiri mengakui bahwa ketika itu tidak semua rektor
menyetujuinya. Sejumlah rektor senior menentang keputusan tersebut. Tapi entah
kenapa keputusan itu dijalankan. Berdasarkan keputusan Departemen Agama tadi
akhirnya buku tersebut (IDBA) dijadikan sebagai buku wajib mata kuliah Studi
Islam di seluruh Perguruan Tinggi Islam di bawah Departemen Agama baik negeri
seperti IAIN maupun di kampus-kampus Swasta. Yang menjadi permasalahan ialah,
banyak kritik terhadap isi buku itu. Bahkan termasuk kualitas ilmiah buku
tersebut banyak yang tidak mencantumkan sumber-sumber rujukan. Salah satu
kritik adalah dari Prof. H. M. Rasjidi, beliau menyebutkan bahwa buku karya
Harun Nasution tersebut menunjukkan gambaran Harun Nasution tentang Islam itu
sangat berbahaya karena dapat merusak keilmuan keislaman secara sistematis
melalui pendidikan tinggi. Dari sinilah asal muasal virus liberalisme ini
menjalar di Perguruan Tinggi Islam.
Jika Prof. Dr. H. M. Rasjidi bersikap sangat kritis terhadap
pemikiran orientalis, liberal, sikap sebaliknya terjadi pada Prof. Dr. Harun
Nasution. Pembaruan Islam di IAIN yang kemudian dilanjutkan ke UIN, STAIN, dan
berbagai Perguruan Tinggi Islam lainnya memang tidak bisa dilepaskan dari peran
Harun Nasution. Adalah menarik membaca pengakuan Harun Nasution tentang sosok
pribadi dan pemikirannya tentang Islam sebagaimana ditulis dalam buku Refleksi
Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution.
Kini, setelah 30 tahun lebih pasca peringatan Prof. Rasjidi tentang
metode orientalis yang dapat menciptakan sarjana ragu-ragu terhadap Islam dalam
berbagai bidang keilmuan Islam, telah terbukti. Dari kampus-kampus IAIN
sebagian telah menjadi UIN lahir beragam sarjana yang yakin dan yang ragu-ragu
terhadap Islam. Bahkan, tidak sedikit yang aktif mengkampanyekan keraguan dan
penghancuran terhadap Islam dan kadang kala ada yang lebih orientalis daripada
sebagian orientalis sendiri. Ibaratnya Harun Nasution telah membuka pintu,
kemudian berjubellah para mahasiswa, sarjana, doktor, atau guru besar Studi
Islam yang berlomba-lomba menjadi ekstrem dalam menyerang dan meragukan
kebenaran Islam. Bahkan kini banyak sekali yang lebih ekstrem dari Harun
Nasution sendiri.
Tentu saja, tidak semua IAIN memang rusak dan tidak semua akademisi
Muslim yang berada di IAIN juga melakukan perusakan terhadap agama, khususnya
Islam. Tetapi, karena sejumlah akademisi dari dosen maupun mahasiswa ketika
merusak keilmuan Islam memakai atribut sebagai dosen, rektor, ataupun mahasiswa
IAIN, maka kesan yang akan timbul ialah seolah-olah semua warga IAIN / UIN
bersifat seperti itu, semoga saya, kita tidak termasuk.
Telah banyak sekali gambaran penyebaran virus liberalisme ini di
Perguruan Agama Islam, IAIN / UIN. Pada Januari 2008, para alumni Studi Islam
McGill University menerbitkan sebuah buku berjudul Paradigma Baru Pendidikan
Islam yang diantaranya besrisi tentang gambaran proyek westernisasi atau
pembaratan Studi Islam di Perguruan Agama Islam. Selain itu banyak lagi
gambaran faktualnya seperti penyebaran paham kesetaraan gender, pernikahan
sejenis, pernikahan beda agama, imam wanita, LGBT, penistaan terhadap ayat-ayat
al-Qur’an dan pelecehan terhadap Islam lainnya.
Selanjutnya pada bab terakhir pembaca akan disuguhkan dengan
langkah-langkah menjinakkan virus-virus liberalisme oleh Dr. Adian Husaini,
tentunya dengan penjabaran dalil secara jelas dan bahasa yang mengalir, mudah
dipahami. Untuk itu untuk menambah pengetahuan kita mengenai seperti apa
sebenarnya liberalisme itu, apa saja bentuk-bentuk liberalisme itu, termasuk
bagaimana dan seperti apa pluralisme agama dan multikulturalisme itu, bagaimana
tinjauannya dari segi wahyu dan segi Islam, maka mari membaca buku ini, Virus
Liberalisme di Perguruan Agama Islam karya Dr. Adian Husaini.
Judul Buku : Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam
Penulis : Dr. Adian Husaini
Penerbit : Gema Insani (GIP)
Tebal : 244 Halaman
Resensi oleh : Mohammad Irfan Anas
Label:
Pemikiran Islam dan Umum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar