Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

About Me

Followers

Pages

Like us on Facebook

Minggu, 11 Oktober 2015
Sebuah resensi dari buku Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam

            Fenomena virus liberalisme di Indonesia kini semakin menggejala, bahkan menjangkiti kalangan intelektual. Melalui sendi-sendi kehidupan Muslim virus ini menyebar sangat cepat. Ia terus berusaha menghancurkan dan memecah belah pertahanan iman kaum Muslim. Dengan kalimat-kalimat dan gagasan-gagasan yang indah dan terkesan mempesona, padahal dangkal, mereka mendekonstruksi dasar-dasar Islam. Dengan begitu umat Islam terpedaya, terpukau, terpesona, sehingga digiring ke arah sinkritisme agama, sadar ataupun tidak sadar. Sumber-sumber dari al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah yang sudah pakem dan ajeg, berusaha mereka pretel dan otak-atik.


            Kalimat-kalimat itulah sebagai pengantar untuk mengantar para pembaca sebelum memasuki bab-bab berikutnya yang lebih mendalam. Tak bisa dipungkiri memang, virus-virus seperti ini memang tumbuh subur dan menjangkit pemikiran umat Islam, bukan hanya di Indonesia saja, bahkan di negara-negara Arab dan Islam, apalagi di negara-negara lahirnya para orientalis, Eropa dan Barat. Yang perlu diperhatikan, bahkan virus ini berkembang dan tumbuh subur melalui tempat yang menjadi pusat pembelajaran Islam. Baik itu di pesantren ataupun juga di Perguruan Tinggi berbasis Islam, Perguruan Tinggi Agama Islam seperti halnya UIN Sunan Kalijaga.

            Ironis memang, lembaga yang seharusnya menyebar luaskan ilmu-ilmu Islam malah merusak Islam itu sendiri, dari dalam tubuhnya sendiri. Beberapa contoh aktual penyebaran virus ini misalnya gerakan LGBT terkhusus homoseksual di sebuah Perguruan Tinggi Islam di Jawa Tengah atau juga kampanye lesbianisme oleh seorang doktor di bidang keislaman.

            Pada bab berikutnya penulis mengajak para pembaca untuk mencermati seberapa jauh pemikiran-pemikiran liberal telah merasuki benak kaum Muslimin, khususnya kalangan yang terlibat aktif dalam aktivitas kegiatan keislaman. Melalui penelitiannya, Dr. Adian Husaini sebagai penulis buku ini menyebutkan bahwa memang banyak sekali aktivis yang secara sadar maupun tidak sadar telah terinfiltrasi paham-paham liberal, khususnya paham humanisme sekuler dan relativisme kebenaran.

Selanjutnya mari kita cermati kalimat berikut, “Perguruan Tinggi Islam didirikan dengan niat mulia: mencetak cendekiawan muslim yang saleh dan berilmu”. Kalimat sederhana ini adalah sedikit gambaran tentang tujuan didirikannya Perguruan Tinggi Islam oleh para Ulama’, tokoh, dan pejuang Islam. Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu, infiltrasi-infiltrasi dari pihak yang kurang dan tidak suka terhadap Islam, telah mengubah sedikit demi sedikit wajah Perguruan Tinggi Islam, khususnya di Indonesia. Berbagai virus yang merusak keilmuan Islam, seperti hermeunitika, pluralisme agama, perenialisme, liberalisme, dsb. sedikit demi sedikit telah sukses menyebar, baik di kalangan pengajar ataupun pelajar.

Pesan inilah kurang lebih yang ingin disanpaikan oleh penulisnya, Dr. Adian Husaini melalui bukunya ini. Dengan data yang lengkap disebutkan dan bahasa serta tulisan yang mengalir dan mudah dipahami, pembaca diajak untuk kembali mengulang dan mengenali sejarah, bagaimana awal mula infiltrasi-infiltrasi visrus liberalisme ini bisa sampai pada tahap merubah wajah Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Bahkan kita ketahui bersama bahwa virus-virus semacam ini tumbuh dengan sangat subur di tengah-tengah kita, di Perguruan Tinggi Islam.

Kemudian masuk pada bab-bab pembahasan dimulai dari sejarah berdirinya Institul Agama Islam Negeri, sejarah penyebaran virus liberalisme di Institut Agama Islam Negeri, bentuk dan wajah liberalisme di Perguruan Tinggi Islam – Institut Agama Islam Negeri yang kini banyak telah berubah menjadi UIN, hingga pada bab-bab terakhis mengulas secara mendalam bagimana langkah-langkah menjinakkan virus liberalisme ini. Yang lebih menarik dari buku ini adalah banyak disebutkan dalil-dalil baik bersumber dari al-qur’an maupun al-Hadits dalam pembahasan-pembahannya. Sehingga melalui dalil-dalil itulah pembaca dapat lebih kritis menanggapi isu-isu terkait isu liberalisme ini.

Pada bab pertama, pembaca akan disajikan biografi dan kehidupan singkat seorang tokoh pahlawan nasional dari Sumatera Barat. Orang lebih mengenal dan tahu tokoh ini sebagai tokoh dakwah dan politik, padahal ia juga berkecimpung secara aktif di dunia pendidikan terkhusus pendidikan Islam di Indonesia. Tokoh ini ialah Dr. Mohammad Natsir, yang kiprahnya di dunia pendidikan sebenarnya sangatlah besar, namun sedikit orang yang mengetahuinya.

Haus ilmu dan prinsip, itulah gambaran besar bagaimana sosok Mommad Natsir. Setelah dijabarkan secara cukup komprehensif mengenai biografi singkat, jenjang-jenjang pendidikan, pergerakan-pergerakan yang diikuti maupun digagasnya, pembaca juga disajikan bagaimana pemikiran dan kiprahnya, terkhusus di dunia pendidikan Islam. Mohammad Natsir bukan hanya handal dalam hal perpolitikan saja, namun di dunia pendidikan ia adalah seorang pejuang yang layak disejajarkan dengan Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara, dan sebagainya. Selain amat concern dengan nasib pendidikan rakyat jelata, di masa perjuangannya sebagai Perdana Menteri, ia bersama Menteri Agama saat itu, Wahid Hasyim telah membuat sebuah keputusan untuk mewajibkan pelajaran agama di sekolah-sekolah umum. Kita tahu bahwa sampai hari ini pun keputusan dan kebijakan itu masih diterapkan di dunia pendidikan Indonesia. Beberapa kiprahnya yang lain di dunia pendidikan adalah konsep pendidikan integral dan juga pendidikan Islam.

Kembali lagi pada topik utama, virus liberalisme di Perguruan Agama Islam. Perguruan Tinggi Islam seperti IAIN didirikan dengan tujuan mencetak kader cendekiawan Islam dan Ulama’ yang mampu melanjutkan amanah risalah perjuangan baginda Rasul Muhammad SAW. Berdirinya IAIN adalah buah perjuangan umat Islam, yang antara lain juga merupakan peran tokoh seperti Mohammad Natsir. Namun dengan perkembangannya, kini telah tumbuh subur virus liberalisme di IAIN.

Pada tahun 1960, Presiden RI saat itu mengeluarkan sebuah Perpres mengenai pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN).  Setelah berdiri dan berkembang pesat di Indonesia, diadakan rapat rektor IAIN se-Indonesia pada Agustus 1973 di Bandung, Departemen Agama RI memutuskan melului rapat itu bahwa buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya ( IDBA) karya Prof. Dr. Harun Nasution direkomendasikan sebagai buku pegangan untuk mata kuliah Pengantar Agama Islam, mata kuliah komponen Institut yang wajib diambil oleh seluruh mahasiswa IAIN, semua jurusan dan fakultas.

Harun nasution sendiri mengakui bahwa ketika itu tidak semua rektor menyetujuinya. Sejumlah rektor senior menentang keputusan tersebut. Tapi entah kenapa keputusan itu dijalankan. Berdasarkan keputusan Departemen Agama tadi akhirnya buku tersebut (IDBA) dijadikan sebagai buku wajib mata kuliah Studi Islam di seluruh Perguruan Tinggi Islam di bawah Departemen Agama baik negeri seperti IAIN maupun di kampus-kampus Swasta. Yang menjadi permasalahan ialah, banyak kritik terhadap isi buku itu. Bahkan termasuk kualitas ilmiah buku tersebut banyak yang tidak mencantumkan sumber-sumber rujukan. Salah satu kritik adalah dari Prof. H. M. Rasjidi, beliau menyebutkan bahwa buku karya Harun Nasution tersebut menunjukkan gambaran Harun Nasution tentang Islam itu sangat berbahaya karena dapat merusak keilmuan keislaman secara sistematis melalui pendidikan tinggi. Dari sinilah asal muasal virus liberalisme ini menjalar di Perguruan Tinggi Islam.

Jika Prof. Dr. H. M. Rasjidi bersikap sangat kritis terhadap pemikiran orientalis, liberal, sikap sebaliknya terjadi pada Prof. Dr. Harun Nasution. Pembaruan Islam di IAIN yang kemudian dilanjutkan ke UIN, STAIN, dan berbagai Perguruan Tinggi Islam lainnya memang tidak bisa dilepaskan dari peran Harun Nasution. Adalah menarik membaca pengakuan Harun Nasution tentang sosok pribadi dan pemikirannya tentang Islam sebagaimana ditulis dalam buku Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution. 

Kini, setelah 30 tahun lebih pasca peringatan Prof. Rasjidi tentang metode orientalis yang dapat menciptakan sarjana ragu-ragu terhadap Islam dalam berbagai bidang keilmuan Islam, telah terbukti. Dari kampus-kampus IAIN sebagian telah menjadi UIN lahir beragam sarjana yang yakin dan yang ragu-ragu terhadap Islam. Bahkan, tidak sedikit yang aktif mengkampanyekan keraguan dan penghancuran terhadap Islam dan kadang kala ada yang lebih orientalis daripada sebagian orientalis sendiri. Ibaratnya Harun Nasution telah membuka pintu, kemudian berjubellah para mahasiswa, sarjana, doktor, atau guru besar Studi Islam yang berlomba-lomba menjadi ekstrem dalam menyerang dan meragukan kebenaran Islam. Bahkan kini banyak sekali yang lebih ekstrem dari Harun Nasution sendiri.

Tentu saja, tidak semua IAIN memang rusak dan tidak semua akademisi Muslim yang berada di IAIN juga melakukan perusakan terhadap agama, khususnya Islam. Tetapi, karena sejumlah akademisi dari dosen maupun mahasiswa ketika merusak keilmuan Islam memakai atribut sebagai dosen, rektor, ataupun mahasiswa IAIN, maka kesan yang akan timbul ialah seolah-olah semua warga IAIN / UIN bersifat seperti itu, semoga saya, kita tidak termasuk.

Telah banyak sekali gambaran penyebaran virus liberalisme ini di Perguruan Agama Islam, IAIN / UIN. Pada Januari 2008, para alumni Studi Islam McGill University menerbitkan sebuah buku berjudul Paradigma Baru Pendidikan Islam yang diantaranya besrisi tentang gambaran proyek westernisasi atau pembaratan Studi Islam di Perguruan Agama Islam. Selain itu banyak lagi gambaran faktualnya seperti penyebaran paham kesetaraan gender, pernikahan sejenis, pernikahan beda agama, imam wanita, LGBT, penistaan terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan pelecehan terhadap Islam lainnya.

Selanjutnya pada bab terakhir pembaca akan disuguhkan dengan langkah-langkah menjinakkan virus-virus liberalisme oleh Dr. Adian Husaini, tentunya dengan penjabaran dalil secara jelas dan bahasa yang mengalir, mudah dipahami. Untuk itu untuk menambah pengetahuan kita mengenai seperti apa sebenarnya liberalisme itu, apa saja bentuk-bentuk liberalisme itu, termasuk bagaimana dan seperti apa pluralisme agama dan multikulturalisme itu, bagaimana tinjauannya dari segi wahyu dan segi Islam, maka mari membaca buku ini, Virus Liberalisme di Perguruan Agama Islam karya Dr. Adian Husaini.


Judul Buku      : Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam
Penulis             : Dr. Adian Husaini
Penerbit           : Gema Insani (GIP)
Tebal               : 244 Halaman 
Resensi oleh    : Mohammad Irfan Anas

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Flickr Images