Popular Posts
-
Pemulung Dilarang Masuk! Saat berjalan, berkeliling kota misalnya, atau bahkan banyak di sekitar tempat tinggal kita, sering kita...
-
Ilmu Mantiq (Logika) A. Ilmu Mantiq / Logika Ilmu mantik merupakan suatu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang dapat me...
-
Pengalaman Seleksi Beasiswa Djarum Plus 2015 – Yogyakarta Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh sobat mulia... Bagaim...
-
A. Tauhid Tauhid adalah ilmu ketuhanan atau keesaan Allah. Dalam al-Qur’an sendiri sangat banyak ayat yang menjelaskan mengenai Tau...
-
Jenis Puisi Menurut Aminudin (1) Puisi epik , yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan y...
-
Dahulu ada seorang sufi yang melakukan sebuah pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendakwahkan panji kebenaran ...
-
Belajar dari Sang “Guru Bangsa” *Diskusi singkat dengan Buya Syafii Maarif Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif Sore itu tepatnya di ha...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persoalan pluralisme masih hangat diperbincangkan. Sebenarnya isu...
-
Assalamualaikum sobat :-) Bagaimana kabar sobat hari ini??? semoga selalu dalam limpahan kasih dan sayang Allah ta'ala..amiiiiin....
-
1. Pengertian Fiqhul Lugah - Secara Etimologis : Terdiridari dua kata yaitu الفقه dan اللغة yang bila diartikan maka memiliki pe...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2015
(18)
-
▼
Oktober
(9)
- Refleksi Sumpah Pemuda untuk Kader Muda Muhammadiyah
- Kaum Muda Muslim dan Lembar Baru 1437H
- Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam
- Pemulung Dilarang Masuk!
- Puisi Untuk Jogja
- Jenis Puisi Menurut Aminudin
- Napak Tilas Sejarah Bangsa PK IMM Adab
- Subuhmu Malang
- Barisan Merah Itu, Ku Percayakan Tenaga dan Pikira...
-
▼
Oktober
(9)
About Me
- Unknown
Followers
Labels
Pages
Like us on Facebook
Selasa, 27 Oktober 2015
Oleh: Mohammad
Irfan Anas
Ketua Umum PK
IMM Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
28 Oktober
merupakan salah satu hari yang sangat bersejarah bangsa ini. Bagaimana tidak,
tepat pada tanggal 28 Oktober 1928 silam jauh sebelum proklamasi kemerdekaan dirumuskan
dan dikumandangkan, para pemuda menggelar sebuah kongres yang kemudian menjadi satu
peristiwa sakral dan bersejarah sebagai wujud kebangkitan pemuda Indonesia,
juga sebagai satu tonggak utama dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 27-28 Oktober 1928 para
pemuda berkumpul di Batavia(saat ini Jakarta) untuk menyelenggarakan sebuah
kongres besar yaitu Kongres Pemuda II sebagai tindak lanjut dari Kongres Pemuda
I yang diselenggarakan dua tahun sebelumnya. Dari Kongres Pemuda II inilah
lahir sebuah keputusan yang kemudian dikenal sebagai “Sumpah Pemuda”. Ada tiga
hal pokok yang ditegaskan dalam keputusan ini, yang pertama adalah cita-cita
pemuda untuk membentuk sebuah tanah air bernama tanah air Indonesia, kedua
adalah cita-cita pemuda untuk memperjuangkan berdirinya sebuah bangsa yang
bernama bangsa Indonesia, kemudian yang ketiga adalah cita-cita pemuda untuk
menjadikan sebuah bahasa sebagai bahasa persatuan tanah air dan bangsa
Indonesia, bahasa Indonesia.
Delapan puluh
tujuh tahun sudah peristiwa sejarah kebangkitan pemuda itu berlalu, telah
terbukti bahwa apa yang dicita-citakan para pendahulu itu telah tercapai dengan
berdiri dan merdekanya sebuah tanah air dan bangsa bernama Indonesia, dengan
bahasa persatuannya bahasa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke kini telah
berhasil dipersatukan dengan darah-darah perjuangan panjang para pendahulu, terkhusus para pemuda-pemuda tangguh bangsa ini. Lantas yang menjadi pertanyaan
adalah, apakah pemuda saat ini paham bagaimana pendahulunya berkucur tak hanya
keringat, namun darah demi mereka-mereka pemuda hari ini? Apakah pemuda di hari
ini sadar akan amanah yang begitu berat tersemat di punggung-punggung mereka?
Puluhan tahun
sudah peristiwa besar itu berlalu. Setiap tahunnya diperingati hari bersejarah
itu. Nampaknya para pemuda saat ini telah dininabobokkan oleh sejarah, kemudian
kini mulai melupakan perjuangan para moyangnya. Tiap tahun pula para pemuda berupacara
di hari sumpah pemuda ini dengan mengikrarkan kembali Sumpah Pemuda, namun tak
tahu makna yang begitu mendalam dan berat di dalamnya. Pemuda, bagaimana
kabarmu hari ini?
Dengan mati
surinya semangat perjuangan para pemuda hari ini, sudah sepantasnya bagi para
pemuda dalam barisan muda Muhammadiyah menjadi penghidup dan pengobar kembali
semangat perjuangan kaum muda bangsa ini. Di tangan pemudalah masa depan bangsa
ini dipertaruhkan. Di tangan pemudalah tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia
tak hanya diwariskan namun juga dipercayakan nasibnya di masa depan nanti.
Dalam tulisannya beberapa tahun lalu, Anhar Gonggong(seorang Sejarawan
Indonesia) telah menulis sebuah tulisan sebagai pesan untuk para pemuda. Menurutnya,
ada dua typologi pemuda; pemuda sebagai penentu sejarah dan pemuda sebagai
pengisi sejarah.
Pertama, pemuda
sebagai penentu sejarah. Yang dimaksudkan pemuda sebagai penentu sejarah di sini
adalah mereka para pemuda yang memiliki pemikiran-pemikiran serta
gagasan-gagasan demi masa depan bangsa ini. Sebagai kader pengusung ide
Indonesia Berkemajuan, sudah menjadi wajib bagi para pemuda khususnya pemuda
Muhammadiyah yang begitu banyaknya, dari otak-otak mereka terlahir
gagasan-gagasan demi tercapainya cita-cita mulia Indonesia Berkemajuan ini.
Tentunya dari otak-otak yang melahirkan gagasan-gagasan ini kemudian dengan
semangat dan perjuangan dalam kebersamaan, para kader muda Muhammadiyah
dituntut untuk melakukan aksi-aksi nyata memperjuangkan cita-cita mulia
tersebut. Saya kira, Muhammadiyah sangatlah unggul dalam mencetak kader-kader
muda ini. Sehingga dari langkah para pemuda Muhammadiyah inilah akan terlahir
sejarah-sejarah baru, dan ditentukannya sejarah-sejarah baru itu; sejarah untuk
agama dan bangsa ini.
Kedua, pemuda
sebagai pengisi sejarah. Pemuda sebagai pengisi sejarah adalah mereka para
pemuda yang memiliki tekat dan kemauan yang kuat, berpartisipasi dan
berkontribusi secara aktif dalam memperjuangkan tercapainya cita-cita bangsa
ini, khususnya cita-cita para pemuda itu sendiri. Pemuda sebagai pengisi
sejarah adalah para pemuda yang tak hanya memiliki ide dan gagasan lalu membiarkan
ide dan gagasan itu berlalu begitu saja layaknya kapas yang tertiup angin. Namun
harusnya dengan kobaran semangat sebagai pemuda dengan darah-darah yang muda
pula inilah mereka siap melangkah bersama, berjuang bersama, memperjuangkan
pencapaian-pencapaian baru untuk kemajuan agama dan bangsa ini, sebagai sejarah
baru di keesokan hari. Di sinilah kader muda Muhammadiyah dituntut tak hanya
mencetuskan gagasan-gagasan cemerlang, namun juga ikut serta dalam mencapai
kegemilangan gagasan-gagasan tersebut.
Sebagai kader muda
Muhammadiyah, haram hukumnya untuk tidak melahirkan gagasan-gagasan sebagai wujud
keikutsertaannya dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan. Apalagi sangat
haram bagi generasi dan kader muda Muhammadiyah untuk tidak berperan dan berkontribusi
secara aktif dalam memperjuangkan gagasan-gagasan tersebut. Sebuah larangan
keras bagi kader dan generasi muda Muhammadiyah untuk hanya menjadi penonton
dalam terbentuknya sejarah baru, Indonesia yang berkemajuan. Indonesia yang
telah besar ini tidak lahir dari dongengan fiktif semata, namun dari perjuangan
panjang yang nyata. Lantas, apakah perjuangan itu sudah cukup dan berhenti begitu
saja? Tentunya tidak! Karena perjuangan ini sungguh masih begitu berat dan
panjang.
Dengan semangat
Sumpah Pemuda yang ke-87 ini, diharapkan dapat memompa kembali semangat
perjuangan para pemuda, khususnya pemuda Muhammadiyah sebagai anak dan
kader-kader Muhammadiyah dalam memperjuangkan cita-cita mulia membentuk
Indonesia yang berkemajuan, Indonesia yang benar-benar adil dan beradab,
Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur; Indonesia yang gemah
ripah loh jinawi. Dengan semangat Sumpah Pemuda ini pulalah diharapkan dapat
membangunkan kembali para pemuda yang mungkin telah dininabobokkan oleh dongengan
sejarah. Juga tentunya sebagai pembangkit para pemuda yang eksistensinya sedang
dalam kematisurian. Agar para pemuda menjadi penentu dan pengisi sejarah baru,
bukan hanya sekedar penonton di tengah gulat sejarah membangun peradaban Islam
dan Indonesia yang berkemajuan. Syubbaan al-yaum rijaal al-ghadd; pemuda
hari ini adalah tokoh di masa depan. Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan
para pendahulu Islam dan bangsa ini, jika bukan mereka para pemuda. Siapa lagi
yang akan menjadi tokoh-tokoh Muhammadiyah yang akan meneruskan amanah
perjuangan KH. Ahmad Dahlan, jika bukan mereka para kader muda Muhammadiyah.
Siapa lagi yang akan menjadi sosok-sosok mercusuar pencerah umat di kemudian
hari, jika bukan kita para kader muda Muhammadiyah!. Fastabiqul khairaat
Label:
Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar